Kanker payudara dan kanker serviks adalah dua jenis kanker paling umum yang menyerang wanita secara global. Menurut data blogocan tahun 2022 yang telah dirilis dalam journal national library of medicine terungkap fakta bahwa, ada 2.296.840 kasus baru kanker payudara yang terdiagnosis di seluruh dunia. Ini setara dengan 11.7persen dari semua kasus kanker yang terjadi.
Di benua Asia awnsiri terjadi 985, 4 ribu kasus baru tahun 2022 dengan angka kejadian terstandarisasi usia sekitar 34.3 per 100.000 jiwa.
Untuk wilayah Indonesia, kanker payudara ini menempati posisi teratas dari semua jenis kanker pada kaum wanita. Studi terbaru memperlihatkan bahwa insidensi kanker payudara wanita indonesia mencapai 42.1 per 100.000 wanita.
Kendati ikhtiar deteksi dini dan perawatan sudah meningkat, masih saja ada tantangan besar di banyak rumah sakit rujukan di Indonesia.
Mengutip dari indonesiajournalofcancer terungkap fakta bahwa 68.73 persen pasien kanker payudara datang pada stadium lanjut. Pun di perparah dengan tidak meratanya dokter spesialis bedah onkologi sehingga upaya penanganan pasien kanker belum maksimal.
Patogenesis dan subtipe kaner payudara timbul dari akumulasi mutasi genetik dan epigenetik di sel epitel payudara yang berkembang kemudian menjadi profilferasi sel yang tak terkendali.
Jenis kanker payudara
Subtipe molekuler kanker payudara sangat mempengaruhi prognosis dan terapi yang akan para dokter lakukan. Subtipe yang umum digunakan berdasar imunohistokimia meliputi :
1. Luminal A / B (posistif reseptor hormon ER/PR)
2. HER2 positif
3. Triple negatif (negatif ER, PR, HER2)
Mutasi pada jalur signal seluler seperti PI3K/AK/mTOR sering ditemukan dan menjadi target terapi modern. Terapi presisi yang menargetkan mutasi individual tumur menjadi semakin penting dalam pendekatan onkologi terkini.
Penanda proliferasi seperti Ki-67 serta infiltrasi sel imun juga kini para dokter gunakan sebagai indikator prognosis dan respons terhadap terapi.
Deteksi dini dan diagnosis
Deteksi dini kanker payudara pada prinsipnya akan membuka ruang upaya penyembuhan lebih cepat. Caranya melalui :
1. Skrining mamografi dan USG
Wanita berusia lebih dari 40 tahun atau wanita dengan resiko tinggi (riwayat keluarga, mutasi genetik) dianjurkan melakukan mamografi berkala. Pemeriksaan USG payudara ditujukan sebagai pelengkap, terutama pada jaringan payudara padat.
2. Biopsi dan pemeriksaan patologi
Dika ditemukan lesi mencurigakan, biopsi (misalnya core needle biopsi) dilakukan untuk memastikan diagnosis histologis dan pemeriksaan IHC (ER/PR, HER2, Ki67).
3. Pencitraan penunjang (CT, MRI, PET-CT)
Digunakan untuk menentukan stadium dan menyelidiki penyebarannya ke organ lain (paru, hati, tulang, otak)
4. Pemodelan resiko dan alat prediksi
Beberapa penelitian Indonesia mengembangkan alat skrining resiko kanker payudara yang mempertimbangkan karakteristik lokal wanita.
Terapi kanker Payudara
Strategi pengobatan kanker pada payudara bersifat multimodal dan individual, tergantung stadium, subtipe serta kondisi fisik pasien.
1. Operasi
a. Lumpektomi yaitu pengangkatan tumor dan sebagian jaringan sehat
b. Masektomi yaitu pengangkatan seluruh payudara
c. Diseksi kelenjar geth bening aksila
2. Terapi radiasi
Radiasi digunakan pasca operasi dengan tujuan untuk menghancurkan sel kanker mikroskopis yang tersisa serta mengurangi kekambuhan lokal. Proses radiasi bisa berlangsung selama 5 sampai dengan 7 minggu dengan fraksiasi tertentu.
3. Kemoterapi
Obat sitotoksik diberikan secara sistemik untuk membunuh sel kanker yang ada pada seluruh tubuh pasien. Kemoterapi dokter lakukan sebagai neoadiuvan (sebelum operasi) atau adjuvan (sesudah operasi)
4. Terapi hormon
Pada kasus yang positif hormon, obat seperti tamoksifen, aromatase inhibitor (anastrazol, letrozol, exemestan) digunakan untuk memblokir efek hormon esterogen terhadap sel kanker. Terapi ini biasanya berlangsung dalam kurun waktu yang panjang antara 5 sampai dengan 10 tahun.
5. Terapi target dan imunoterapi
- Untuk pasien dengan kanker HER2 positif , trastuzumah telah menjadi standar terapi bagi pasien.
- Obat baru dalam kelompok antidbody drug conjugates (ADC) seperti trastuzumah deruxtecan menunjukkan hsil menjanjikan bahkan pad subtipe HER2 rendah.
- Obat yang menarget jalur PI3K/AKT misalnya alpelisib, buparlisib juga dikembangkan untuk pasien dengan mutasi jalur tersebut.
- Imunoterapi seperti pembrolizumah digunakan terutama pada subipe triple negatif dengan ekspresi tinggi PD-L1 (dalam uji klinis).
6. Terapi adjuvan lainnya dan pemeliharaan
Beberapa terapi pendukung seperti terapi suportif nutrisi serta teknik radioterapi tambahan bisa digunakan.
7. Rehabilitasi dan pendekatan holistik
Setelah terapi utama tuntas maka berlanjut pada proses rehabilitasi guna pemulihan kualitas hidup yang meliputi :
a. Fisioterapi lengan (berguna mencegah limfedema)
b. Nutrisi dan diet tinggi (tinggi serat, antioksidan, rendah lemak jenuh)
c. Aktivitas fisik teratur.
Sebuah penelitian dari natiotal cancer institute mengungkapkan bahwa wanita yang tetap aktif secara fisik memiliki kemungkinan kekambuhan kanker yang lebih rendah.
Tantangan dan harapan masa depan
Meskipun kemajuan terapi semakin pesat, ada beberapa tantangan dalam menangani kanker payudara terutama di negara dengan sumber daya yang terbatas, yaitu
1. Keterlambatan diagnosis
2. Distribusi dokter ahli tidak merata
3. Biaya terapi modern masih mahal
4. Resistensi terapi
Namun, kabar baiknya di balik tantangan tadi ada harapan besar bagi pasien penderita kanker yakni
- Onkologi presisi – memilih terapi berdasarkan profil genom tumor sehingga efektivitas menjadi lebih tinggi dan efek samping yang lebih rendah.
- Pengembangan ADC dan imunterapi generasi baru – memperluas manfaat ke subtipe yang selama ini sulit terobati (misal, HER 2 low atau triple negatif)
- Teknologi digital dan kecerdasan buatan – membantu diagnosa
- Vaksin terapi kanker payudara – meskipun masih dalam tahap penelitian, beberapa uji klinis sedang menjajaki vaksin sebagai terapi tambahan untuk mencegah kambuh.
Kesimpulan
Kanker payudara merupakan tantangan besaar bagi kesehatan global dan nasional. Dengan penetrasi yang tinggi serta kematian yang signifikan, kanker payudara menuntut strategi deteksi dini, diagnosis tepat dan pengobatan individual yang integratif.
Kombinasi terapi bedah, radiasi, kemoterapi, hormon dan terapi target saat ini menjadi tulang punggung manajemen kanker payudara.
Ke depan, pendekatan berbasis genetika, teknologi digital dan imunterapi generasi baru diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesembuhan, menurunkan resistensi dan memperbaiki kualitas hidup pasien.



