Kanker serviks dan atau kanker payudara merupakan ancaman kesehatan yang paling wanita manapun takuti, pasalnya bisa berakhir dengan kematian. Mengutip dari laman resmi kementerian kesehatan Republik indonesia bahwa rata-rata setiap tahunnya penderita kanker serviks ini ada sekitar 15.000.
Meski terdengar horor dan membuat bulu ketiak merinding namun kabar bagusnya penyakit leher rahim ini sebenarnya bisa dicegah lewat pemeriksaan medis yang rutin.
Penyebab dan faktor resiko
Penyebab utama kanker serviks muncul karena wanita itu terpapar dengan virus Human Papilomavirus (HPV) jenis 16 dan 18 lewat hubungan badan. Badan kesehatan dunia tahun 2023 silam mengatakan hampir 99 % kasus kanker serviks ini muncul karena serangan virus HPV ini.
Namun tidak semua infeksi HPV ini berkembang dan berubah menjadi kanker, sebab jika kekebalan tubuh seseorang itu cukup tangguh dan kuat maka otomatis bisa menghilangkan serangan virus ini.
Akan tetapi ada faktor resiko lain yang bisa meningkatkan kemungkinan seseorang mengidap kanker serviks antara lain :
- Hubungan badan saat usia muda
- Berganti-ganti pasangan seksual
- Suka merokok
- Sistem kekebalan tubuh lemah
- Kurangnya pemeriksaan rutin seperti pap smear atau tes HPV
Proses terjadinya kanker serviks
Adanya infeksi virus HPV yang berdiam diri pada seorang wanita dalam jangka panjang dapat menyebabkan perubahan pada sel-sel serviks. Mungkin awalnya, perubahan ini bersifat pra-kanker yang kita kenal sebagai lesi intraepitel serviks. Jika tidak ditangani secara serius maka lambat laun sel terinfeksi itu berkembang menjadi kanker serviks.
Pada tahap awal, kanker leher rahim ini seringkali tidak menunjukkan gejala namun bila sudah berkembang, gejalanya mulai sangat kentara seperti :
- Pendarahan setelah berhubungan seksual
- Keputihan berbau atau bercampur darah
- Nyeri daerah panggul
- Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
Diagnosis dan deteksi dini
Proses diagnosis kanker ini dalam dunia medis melalui tes pap smear dan tes HPV yaitu
- Pap smear bermanfaat mendeteksi perubahan abnormal pada sel-sel serviks sebelum berubah menjadi kanker
- Test HPV mendeteksi keberadaan virus penyebab kanker
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kelainan, dokter dapat melanjutkan ke kolposkopi dan biopsi guna memperkuat argumen diagnosisnya.
Menurut American Cancer Society Tahun 2024 silam, Perempuan berusia 21 – 39 tahun sebaiknya menjalan pap smear setiap 3 tahun sekali. Buat perempuan usia 30 – 65 tahun dapat menjalani kombinasi pap smear dan tes HPV setiap 5 tahun sekali.
Pengobatan kanker serviks
Pilihan pengobatan tergantung pada stadium kanker, kondisi kesehatan pasien dan keinginan untuk mempertahankan kesuburan. Ada beberapa metode utama biasa dokter lakukan meliputi :
- Operasi (Histerektomi) yaitu pengangkatan rahim dan jaringan sekitarnya
- Radioterapi yaitu menggunakan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker
- Kemoterapi yaitu pemberian obat untuk menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker
- Terapi target dan imunoterapi yaitu pendekatan modern yang menargetkan mekanisme molekuler tertentu atau mengaktifkan sistem imun tubuh
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kombinasi antara radioterapi dan kemoterapi akan bisa meningkatkan harapan hidup pasien dengan kanker serviks stadium lanjut (tewari et.al, new england journal of medicine 2022).
Pencegahan infeksi kanker
Kanker serviks merupakan salah satu bentuk kanker yang bisa kita cegah, caranya bisa melalui :
- Vaksinasi HPV – vaksin efektif melindungi dari HPV tipe 16 dan 18. Badan kesehatan dunia merekomendasikan vaksin ini di berikan pada anak perempuan usia 9 – 14 tahun sebelum aktif seksual.
- Pemeriksaan rutin media – pap smear dan tes HPV secara berkala akan membantu mendeteksi adanya kelainan sejak dini.
- Perilaku seksual sehat – Menggunakan kondom dan menghindari gonta ganti pasangan
- Berhenti merokok – rokok dapat mempercepat perkembangan sel abnormal.
Program vaksinasi HPV nasional di banyak negara telah terbukti menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga lebih dari 60% pada populasi muda (drolet et.al, the lancet public health, 2020).
Kesimpulan
Kanker leher rahim masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan kaum perempuan, terutama di negara dengn keterbatasan akses terhadap vaksinasi dan pemeriksaan rutin. Namun melalui vaksinasi HPV, deteksi dini dan edukasi masyarakat, angka kematian akibat kanker ini dapat diminilisir.
Upaya kolaboratif antara pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan generasi perempuan yang sehat dan bebas dari ancaman kanker.



